Menyampaikan Pesan Lewat Permainan

Minggu, 03 Januari 2010


Bismillahirrahmanirrahim; 

Dalam tahun-tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme. Menurut pandangan ini bahwa pengetahuan tidak begitu saja bisa ditransfer oleh seorang kepada yang lain tetapi yang lebih diharapkan adalah bahwa pembelajaran berpusat pada sejauh mana seseorang mampu menerima pesan dari orang lain. 
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut di atas, maka proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan (isi atau materi ajar) dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan.  Penyampaian pesan ini bisa dilakukan melalui simbul-simbul komunikasi berupa simbul-simbul verbal dan non-verbal atau visual, yang selanjutya ditafsirkan oleh penerima pesan . Adakalanya proses penafsiran tersebut berhasil dan terkadang mengalami kegagalan. Kegagalan ini bisa saja disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya adanya hambatan psikologis (yang menyangkut minat, sikap, kepercayaan, inteligensi, dan pengetahuan), hambatan fisik berupa kelelahan, keterbatasan daya alat indera, dan kondisi kesehatan penerima pesan. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah hambatan kultural (berupa perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan), dan hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan oleh situasi dan kondisi keadaan sekitar.
Untuk mengatasi kemungkinan hambatan-hambatan yang terjadi selama proses penafsiran dan agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, maka sedapat mungkin dalam penyampaian pesan (isi/materi) dibantu dengan menggunakan media pembelajaran yang salah satunya menggunakan simulasi permainan maupun yang lainnya.  Ciri atau karakteristik dari media ini adalah: melibatkan pebelajar secara aktif dalam proses belajar, peran pengajar tidak begitu kelihatan tetapi yang menonjol adalah aktivitas interaksi antar pebelajar, dapat memberikan umpan balik langsung, memungkinkan penerapan konsep-konsep atau peran-peran ke dalam situasi nyata yang ada di lingkungan, memiliki sifat luwes karena dapat dipakai untuk berbagai tujuan pembelajaran dengan mengubah alat dan persoalannya sedikit saja, mampu meningkatkan kemampuan komunikatif pebelajar, mampu mengatasi keterbatasan pebelajar yang sulit belajar dengan metode tradisional, dan dalam penyajiannya mudah dibuat serta diperbanyak.  Diharapkan dengan pemanfaatan sumber belajar berupa media pembelajaran, proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung lebih efektif dan efisien. 
Menyampaikan pesan lewat permaianan adalah kegiatan yang sangat dekat dalam berkomunikasi. Kegiatan ini dapat dilakukan secara perorangan, maupun berkelompok. Jenis permainan, jumlah peserta  serta lamanya waktu yang dialokasikan untuk bermain, tergantung pada keingingan serta kesepakatan yang  dibuat oleh para peserta.  Begitu akrabnya kegiatan ini dengan keseharian  kita, sehingga kita kerap menganggapnya sebagai  kegiatan biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Namun,  benarkah demikian?
Dengan memahami arti pentingnya komunikasi saat ini, maka Persit Kartika Chandra Kirana Anak Ranting 4 Denpom V/3 Ranting 5 Cabang III PD V/BRW menyelenggarakan pelatihan komunikasi efektif dan efisien kepada anggotanya melalui penyampaian pesan lewat permainan.  Hal ini penting dilakukan guna melihat sampai sejauh mana tingkat komunikasi yang dimiliki para anggota dalam menyampaikan pesan yang didapat kepadanya.       Penyampaian pesan lewat permainan yang diselenggarakan ini tentunya mempunyai tujuan yang diantaranya :



1. Merangsang Kreativitas kepada para anggota.
Ketika anggota menyampaikan pesan lewat permainan ini, mereka kerap merasakan adanya kejenuhan ataupun rasa bosan. Pada saat seperti inilah mereka biasanya mencoba melakukan sebuah variasi permainan. Disini mereka belajar untuk mengembangkan daya kreatifitas dan imajinasinya. Ide-ide spontan yang dikemukakan oleh seorang anggota, dan jika kemudian diterima oleh anggota yang lainnya, akan menimbulkan adanya rasa penghargaan dari lingkungan serta menjadi motivasi munculnya ide-ide kreatif yang lain.
2. Mengembangkan Wawasan Diri Para Anggota. 
Melalui bermain, seorang anggota dapat mengetahui kemampuan anggota yang lainnya, kemudian membandingkannya dengan kemampuan yang ia miliki. Hal ini memungkinkan terbangunnya konsep diri yang lebih jelas dan pasti. Ia akan berusaha meningkatkan kemampuannya, jika ternyata ia jauh tertinggal dibandingkan anggota yang lainnya. Hal ini menjadi faktor pendorong yang sehat dalam pengembangan diri seorang anggota Persit Kartika Chandra Kirana yang banyak melakukan kegiatan-kegiatan sosial.
 
Harapan saya selaku Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Anak Ranting 4 Denpom V/3 Ranting 5 Cabang III PD V/BRW dari diadakannya kegiatan ini adalah dapat menambah wawasan, keberanian, kesenangan, pengetahuan dan yang paling penting memperkuat tali silaturrahmi kepada para anggota. Dan diharapkan anggota dapat mengetahui bagaimana caranya dan menerapkan kebersamaan, berkonsentrasi penuh serta pengetesan mental.

Kartini Hadi Santoso;

0 komentar:

Posting Komentar